SEKAT AHOK

Sebab-Akibat Ahok
Fenomena QS Al Maidah 51

Untuk membahas kasus terkait Ahok yang dianggap menistakan QS Al-Maidah 51, maka sebaiknya kita menanggapinya dengan sikap tabayyun (mencari penjelasan) agar melihat bagaimana kejadian seperti itu bisa sampai terjadi? terlebih khusus tuk mengesampingkan sifat emosional kita (marah, benci, dan egois) agar nalar bekerja secara objektif menanggapi situasi yang sedang berkembang. 

Secara pribadi saya menyebut fenomena Ahok sebagai hukum Sebab-Akibat.

Pertama, dalam video pidato Ahok pada kunjungannya di kepulauan seribu pada tgl 26/09/2016 dengan durasi lebih dari 1jam yang kemudian pada tgl 06/10/2016 Buni Yani mengupload video itu namun memotong durasi pidatonya menjadi kurang lebih 6-menit sehingga hanya berfokus pada statement Ahok yang kemudian menurut BY pada transkripnya tertulis "Jangan mau dibohongi OLEH QS Al Maidah Ayat 51" mengakibatkan viral di media sosial.


Kedua, alasan mengapa Ahok “berani” berkata seperti itu, di akibatkan oleh karena sebelumnya sebagian kelompok muslim radikal dan intoleran sering mengkampanyekan penolakan terhadap Ahok “Larangan memilih pemimpin non-muslim, Tolak Pemimpin Cina-Kafir dlsb” lewat bungkusan roti yang viral di media sosial.

Ketiga, blundernya Ahok ialah semestinya tidak termakan "umpan" ataupun menanggapi isu krusial lawan politiknya biarkan hasil suara publik yang membuktikan dalam pilkada nantinya?

Keempat, fenomena ini mengakibatkan terjemahan “awliya” pada QS Al Maidah 51 yang multi tafsir (kapan, dimana, bagaimana) sehingga diperlukan kajian mendalam untuk pemaknaan kata tersebut dan ini merupakan ranah Ulama/Para Ahli Tafsir.


Melalui penjelasanku diatas, dapat kita menarik kesimpulan..

Pengaruh ulah BY yang telah keliru terhadap transkrip videonya pada penggunaan kata “oleh” yang sebenarnya dalam video tersebut “dipakai” membuat makna pesan menjadi berubah. Namun belakangan beliau mulai menyadari kesalahannya.



Selanjutnya disebabkan oleh strategi lawan politik Ahok yang memakai terjemahan QS Al Maidah 51 sebagai alat politik dalam ajang pilkada jakarta 2017 sehingga beliau “berani” berkata demikian yang aku anggap sebagai blundernya Ahok. Karena bagaimana mungkin Ahok (seorang Nasrani) mampu menyebutkan nama Surat dan bagian Ayat dengan jelas? sedangkan dalam Al Quran terdapat begitu banyak nama Surat dan bagian Ayat (khususnya kandungan "awliya").

Hal ini menunjukan ada yang memakai QS Al Maidah 51 untuk “menyerangnya” terlebih dahulu yaitu “Roti Al Maidah” yang viral di media jauh sebelum video itu tersebar. Melalui fenomena ini menuntut kita agar meninjau tafsiran dan terjemahan bisa bermakna berbeda,

Dalam diskursus terjemahan Bahasa Inggris seperti Makan (Eat) dan Pagi (Morning) yang kemudian kita berasumsi Makan Pagi sebagai Eat Morning, Rancu bukan? Oleh karenaya tuntuttan tafsiran diperlukan dalam menelaah terjemahannya bukan Eat Morning melainkan Breakfast sebab makan pagi (sarapan pagi) adalah jenis makanan cepat yang siap-saji atau praktis sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam membuatnya contohnya seperti susu, kopi, roti, bubur dsb.

Apalagi untuk Ayat-Ayat Suci yang begitu Universal pengertiannya sesuai zaman, wilayah, tradisi, dlsb.

Media sosial dewasa ini berpengaruh besar peranannya dalam menyajikan suatu informasi atau peristiwa yang belum sesuai dengan fakta yang kridibel apalagi menyangkut isu-sara maupun sentimen agama sehingga kita perlu bijaksana dan berhati-hati dalam menanggapi setiap informasi yang kita terima.

Sejauh pengamatanku, Ahok telah meminta maaf dan sebagian Ulama/Ustadz juga telah memaafkan. Tuntutan untuk segera diproses secara hukum juga sudah dalam proses. Kajian tafsir Al Maidah telah diverifikasi. Demo 4/11 telah berlangsung bahkan mendapat perhatian publik serta pemerintah. So apalagi?

Saya cukup sependapat dengan analisa seorang sahabat Sakti Alwiyah bahwa ada 2 kesalahan yang dilakukan para pembenci Ahok.

Pertama, Islam adalah agama yang merekomendasikan pemberian maaf kepada seseorang yang meminta maaf sepanjang ia berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Ini berarti, mereka yang membenci Ahok jika ia adalah seorang Islam, maka ia tidak menjalankan syariat agamanya dengan memberi maaf (terlepas diketahui bersalah atau tidaknya melalui keputusan hukum)

Kedua. Siapa yang bisa membuktikan jika demonstrasi 4/11 lalu tidak di tunggagi dan murni suara umat islam? Artinya, demo 4/11 kemarin sangat bermuatan politis – Lihatlah pidato Presiden dalam Istana Jumat malam – Dan jika nanti dalam proses hukum Ahok tidak terbukti bersalah, hal itu justru akan menaikkan elektabilitasnya jauh lebih tinggi dari hari ini. Sekaligus membuktikan Ahok telah di dzolimi atas nama sentimen agama.

Apa tidak rugi tuh, alih-alih mau menjatuhkan Ahok agar tidak lolos verifikasi cagub DKI, malah justru ikut membantu mendompleng potensi suara Ahok jauh lebih tinggi nantinya.

Oh iya, terakhir soal tanggapanku terkait demo 4/11 secara pribadi aku melihatnya sebagai bagian dari asas demokrasi yang sedang berjalan kemudian di uji pertahanannya, tidak murni mewakili seluruh suara umat islam, toh sebagian besar Ormas Islam juga menolak seperti NU dan Muhammadiyah persoalan aksi demo kepada Ahok tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

YME - OPA UUD 45

NITRO TIMNAS

API & MASA