IKAL LAGA
Radikalisme Dalam Beragama
Baginda Rasulullah saw bersabda: ”Nanti akan muncul diantara umatku kaum yang membaca Al-Quran, bacaan kamu tidak ada nilainya dibandingkan bacaan mereka, dan shalat kamu tidak ada nilainya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kamu tidak ada artinya dibandingkan puasa mereka, mereka membaca Al-Quran sehingga kamu akan menyangka bahwasanya Quran itu milik mereka saja, padahal sebenarnya Quran itu akan melaknat mereka, Tidaklah shalat mereka melalui kerongkongan mereka, mereka itu akan memecah agama Islam sebagaimana keluarnya anak panah daripada busurnya ” (HR. Muslim)
Baginda Rasulullah saw bersabda: ”Nanti akan muncul diantara umatku kaum yang membaca Al-Quran, bacaan kamu tidak ada nilainya dibandingkan bacaan mereka, dan shalat kamu tidak ada nilainya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kamu tidak ada artinya dibandingkan puasa mereka, mereka membaca Al-Quran sehingga kamu akan menyangka bahwasanya Quran itu milik mereka saja, padahal sebenarnya Quran itu akan melaknat mereka, Tidaklah shalat mereka melalui kerongkongan mereka, mereka itu akan memecah agama Islam sebagaimana keluarnya anak panah daripada busurnya ” (HR. Muslim)
Secara sederhana Radikalisme
adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh empat hal;
Pertama, sikap tidak
toleran (intoleran) dimana tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain.
Kedua, sikap fanatik,
yaitu selalu merasa benar sendiri, dan menganggap orang lain salah.
Ketiga, sikap
eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan umat Islam pada umumnya.
Keempat, sikap
revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai suatu
tujuan.
Dalam setiap zaman
selalu ada kelompok radikal dalam beragama, jika zaman sahabat ada kelompok
Khawarij, maka dalam zaman modern kita mengenal Thaliban, al-Qaidah dan
sekarang yang lagi hangat-hangatnya adalah ISIS, Daulah Islamiyah dan HTI.
ISIS yang brutal membunuh sesama muslim, karena hanya beda pendapat saja, begitu juga membantai para penganut di luar Islam dengan secara keji dan sudah tak terhitung lagi jumlah korbannya. Tujuan mereka ingin mendirikan Khilafah Islamiyah (Negara Islam), untuk menegakkan Syariat Islam. Akan tetapi justru cara-cara mereka sendiri malah bertentangan Syariat Islam.
Syari’at Islam diturunkan kepada manusia untuk menjaga irama fondasi kehidupan yaitu:
Pertama, untuk
melindungi keselamatan fisik atau jiwa manusia dari tindakan kekerasan di luar
ketentuan hukum (Hifz An-Nafs).
Kedua, melindungi
keyakinan atas suatu agama (Hifz Ad-Din).
Ketiga, menjaga
kelangsungan hidup dengan melindungi keturunan atau keluarga (Hifz An-Nasl).
Keempat, melindungi hak
milik pribadi atau harta benda (Hifz Al-Mal) dan
Kelima, melindungi
kebebasan berfikir (Hifz Al-Aql).
Pertanyaan besar dibalik rencana mereka (ISIS) adalah mendirikan model Negara Islam seperti apa?
Arab Saudi menggunakan sistem monarki/kerajaan Islam.
Iran dengan Republik Islam Iran berasas konstitusi UUD dimana Majelis Para Ahli sebagai pengendali kekuasaan tertinggi dan Presiden orang kedua terpenting.
Pakistan awalnya adalah Republik Islam namun berubah menjadi Federal dengan sistem parlemen.
Selanjutnya Turki dengan sistem republik konstitusional yang demokratik, dan Sekuler.
Apalagi Indonesia dengan Republik Presidensial berasas UUD dan Pancasila yang demokratik-liberal-pluralis.
Salah satu penyebab mengapa munculnya radikalisme dalam Islam adalah, karena metodologi pemahaman (cara memandang) terhadap Islam yang salah, dalam hadits di atas telah disinggung, bahwa mereka adalah kelompok yang ahli dalam membaca Al-Qur’an, Siang hari berpuasa, malam hari rajin Sholat Malam, akan tetapi ibadah mereka hanya sebatas tenggorokan yaitu hanya sebatas kulitnya saja, belum mencapai subtansi (isi/makna) apa yang dijalankan dalam setiap ajaran Islam.
Islam sama sekali tidak membolehkan apalagi mentoleril radikalisme. Karena Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Islam berasal dari dari kata salam yang berarti selamat, aman, damai. Islam tidak memperkenankan kekerasan sebagai metode menyelesaikan masalah.
Islam menganjurkan agar kita mengajak kepada kebaikan dengan bijak (hikmah), nasihat yang baik, dan berdialog dengan santun. bukan dengan cara Radikalisme, apalagi terorisme, hanya akan membuat Islam jauh dari watak aslinya sebagai agama rahmat, dan bisa membuat kehilangan tujuannya yang hakiki.
Sayapun mulai teringat salah satu nasehat sahabat Sakti Alwiyah dalam status FBnya: “ketika Islam mewujud menjadi Rahmatan lil alamin, Islam tidak boleh ditampilkan dengan perangai yang kasar, jadi, berbuat sesuatu untuk islam adalah bagaimana kita berbuat baik kepada sesama manusia, tidak menggunakan bahasa tipu2 dan ngeyel. Jangan mengkafirkan, jangan menyesatkan, jangan memurtadkan, jangan merasa paling suci, dan yang paling penting adalah jangan bodoh & keras kepala seperti si fulan”
Jadi kesimpulannya ialah siapakah si fulan?
Ahh.. su.. dahlah.. Menurutku si fulan yang dimaksud sahabatku ialah Lelaki Diseberang Jendela, dengan Seprei Bin Fitnahnya, you know what i mean…eah. eah. eaaah..
Comments
Post a Comment