Duhai Mawarku

Kebiasaan menganggap semua baik-baik saja dalam pikiran sang pengelana saat datang menjenguk kediaman sang mawar, berharap dengan usaha kedatangan dari si pengelana mampu menutupi segala gundah walau harus berkorban apa saja disetiap kepingan waktu yang terbatas. 

Tidak ada yang istimewa ketika kalimat seperti itu terucap dalam keadaan kita tidak menyadari bagaimana bentuk hakiki dari emosinya.

Tetapi semuanya begitu cepat, laksana pancaran cahaya mentari mengubah gelap menjadi terang. Barangkali inilah situasi manusia yang tidak berdaya terhadap kekuasaan Kreator Agung.

Malam itu, pertemuan singkat yang telintas dalam rekaman. Suara sang mawar sedikit merintih dengan sisa daya dari tetesan air matanya yang tengah mengharapkan sakit itu bisa menghilang. Meski dalam kondisi sedang menahan sakit yang bertubi-tubi, nyatanya sang mawar tetap mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan masih mampu untuk bertahan. Dengan senyum yang merekah mawarpun berkata, "tidak apa-apa". seketika itu kebingunganpun melanda, apa sebenarnya yang hendak disampaikan sang mawar? kecemasan hati inipun rasanya tidak berdaya membantah perkataannya hingga mengikuti apa yang sang mawar inginkan.

Si pengelanapun hanya mampu terdiam melihat rintihannya tanpa kata, tanpa suara, tanpa adanya suatu tindakan dari si penggelana agar mampu mengurangi sakit yang sang mawar rasakan. Ya setidaknya mengurangi!

Keinginan pupus bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Kesedihan yang mengalir bagai derita tiada akhir, kaki tak kuat melangkah, bibir yang tak mampu berucap, mata yang tak cukup kuat untuk memandang, hanya mimik wajah penuh kegelisahan satu-satunya pelampiasan jiwa. "Ini tidak benar, mawarku mampu untuk bertahan" begitulah kira-kira suara hati si pengelana mencoba melawan kenyataan dengan cemas.

Maka saat si pengelana pamit untuk pulang. Dimana hanya beberapa jam bisa melihat keadaan sang mawar. Sang pengelana pamit pulang bukan karena waktu yang terbatas, Bukan itu. Melainkan sang pengelana tak mampu lagi melihat kondisi dan rintihan sang mawar terbaring lemah atas sakitnya.

Seakan bunga-bunga disekitarpun tertunduk akibat suasana yang terjadi pada saat itu. Apa daya, tidak ada yang bisa dilakukan kedatangan si pengelana meski sekiranya dunia ini ditelusuri jengkal demi jengkal demi berusaha tegar. Atas apa yang dilihatnya dimalam itu.

Sepanjang perjalanan pulang si pengelana terbesit dalam pikiran "Bagaimana mungkin bisa seperti ini ?" yang dilihat dari si pengelana saat berkunjung tadi.  Lirih si pengelana memukul dadanya demi menghilangkan sesak yang ada.

Inikah maslahat-Mu.. Ya Tuhan ? maka maslahat yang seperti apa ini ? Tidakkah Kau mengetahui bagaimana keadaannya, setidaknya apa yang diinginkan dirinya ? Memang benar Engkaulah yang lebih mengetahui segala, yang memberi keadilan bagi semuanya, yang menyelamatkan cinta disetiap pecinta-Mu tetapi ini semua sungguh berat, sangat berat. Tetapi jika Engkau menghendaki yang demikian, maka sembuhkanlah mawarku, Yaa Rabbi. Atas keikhlasanku dengan rasa sakit dari kesedihanku.

Dia yang kupuja selama ini, dimana setiap ku melihatnya hanyalah keindahan yang ada. Tiada yang lebih baik bagiku kecuali dirinya dalam hal ini, kecintaannya padaku menahanku untuk berpaling pada bunga-bunga yang lain. Kesabarannya menghadapi durjananya diriku lebih baik dari yang pernah kurasakan sebelumnya, dialah mahkotaku yang tanpanya aku tak akan pernah menjadi raja. dialah yang bisa membuatku melakukan hal-hal baik yang selama ini menjadi penghapus ketololanku, menjadikanku sebaik-baik makhluk yang bisa lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya.

Aku sadari semua itu merupakan gerak kuasa-Mu terhadapnya sebagai penenang sukmaku di dunia yang penuh kebencian ini. Bagiku tiada seorangpun yang mengasihi diriku karena kecintaannya. Seperti dia mengasihi untukku. Tidak pernah kusaksikan sepanjang hidupku kecuali hanya ada pada dirinya. dia tertawa untukku yang semaraknya mampu meredam semua pilu yang ada dalam hatiku.

Sejujurnya, barangkali aku telah mencintainya lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Mereka semua hanya mengejarnya karena silau akan semerbaknya, tetapi akulah yang mengetahui bagaimana dia menjalani hidupnya. Kelak akan kusebarkan kisah kami, agar mereka tau siapa mawarku.

Dialah mawarku, tiada siapapun yang bisa menjadi alasan baginya untuk layu. Dunia mungkin mengatakan aku hanya membual, tetapi apa yang lebih mereka ketahui tentang mawarku dibanding diriku ? sebagai keyakinan, apa yang bisa membuatku menulis seperti ini kalau bukan rekaman pengliatanku dari imajinasiku yang hanya dipenuhi oleh namanya. Katakanlah se-mau kalian hai yang berkata tentang cinta tetapi sungguh kalian tidak tau apa-apa tentang cinta kecuali orang-orang yang pasrah terhadap-Nya.

Ya Rabbul Alamin, seperti munajatku pada-Mu sebelumnya maka sembuhkanlah dia--bidadari penuntun hidupku. Buatlah keadaan yang lebih baik lagi dari sebelumnya saat kuasa-Mu mempertemukanku dengan dirinya. Agar terasa seperti saat dimana dulu kami pertama kali bertemu. Dengan dipenuhi cinta atas hatiku untuknya, Hanya Untuknya. Karena melaluinya--lah Rabbi, kutemukan Indahnya dari Diri-Mu. Inshaa Allah.

Peluk hangat dipenuhi cinta dari diri yang hina ini.

Ilahi Amin Yaa Karim. Shalawat.

Comments

Popular posts from this blog

YME - OPA UUD 45

NITRO TIMNAS

API & MASA